STF UIN Jakarta sebagai lembaga yang konsen
dalam isu sosial kemanusiaan, selain focus dalam pengembangan dan pemberdayaan
mahasiswa, STF juga ikut aktif memainkan peran penting dalam kancah sosial
kemasyarakatan. Hal tersebut terbukti dengan banyaknya program maupun kegiatann
yang dilakukan lembaga tersebut. Salah satu program tersebut adalah Bungkesmas
(Tabungan kesehatan masyarakat). Produk Bungkesmas ini ini memadukan antara
unsur tabungan dan asuransi. Asuransi yang dimaksudkan disini adalah auransi
kesehatan dan asuransi pendidikan.
Meskipun masih terbilang program baru namun
Bungkesmas telah berhasil menunjukan komitmennya untuk senantiasa mengedukasi,
membantu dan melayani masyarakat Indonesias. Sampai saat ini ada 71 BMT/LKM
maupun Koperasi yang tersebar diseluruh Indonesia, bekerjasama untuk
menjalankan program Bungkesmas. Fokus program Bungkesmas ini adalah mengedukasi
masyarakat Indonesia untuk hidup lebih tenang dan mandiri, yakni dengan
mempersiapkan dana kesehatan dan pendidikan, baik untuk pribadi maupun
keluarganya.
Seperti yang telah dilakukan sebelumnya,
setiap kali akan menjalin kerjasama dengan pelaku BMT/LKM maupun koperasi
sebagai mitra untuk menjalankan program Bungkesmas. Tim dari Bungkesmas melakukan turun lapangan (Assessment) guna mengetahui sejauh mana relevansi dan
prospek untuk pengembangan Bungkesmas diwilayah tersebut. Kali ini turun lapangan (Assessment) dilakukan
di Kab Bantaeng Sulawesi Selatan. Bantaeng menjadi tempat tujuan turun lapangan
(Assessment) karena terkenal dengn potensi pertaniannya. Hal inilah yang telah dilakukan Sri Hidayati
dan Emi Ilmiah.
Sehari
setelah tiba di makassar, kegiatan dilanjutkan dengan Rapat koordinasi dengan
Yapensa, tepatnya pada tanggal 12 Juli 2014. Adapun poin-poin yang rapat
tersebut antara laian adalah : Pertama, Pembinaan yang dilakukan oleh Yapenda baru dilakukan sekitar satu tahun. Adapun jenis
pembinaanya anatara lain seperti;
teknis pemupukan, metode panen
dan pemasaran seperti mendatagkan eksportir. Kedua, Yapensa membawa koperasi
Agrimitra (koperasi produsen) ke petani
kopi di Bantaeng untuk membantu aspek
pemasaran dan control harga kopi. Dan ketiga, melakuan pembinaan diversifikasi tanaman untuk
menambah penghasilan petani (kopi dengan cengkeh)
Kemudian
pada hari kedua yakni pada tanggal 13 Juli 2014, kegiatan dilanjutkan dengan kunjungan
ke 4 ketua kelompok petani kopi Bawakaraeng. Dari hasil kunjungan tersebut kami
memperoleh beberapa informasi yang antara lain; Pada umumnya petani tergabung
dalam kelompok tani, satu kelompok tani kurang lebih terdiri dari 25 petani,
sedangkan lahan perkebunan satu kelompok
rata-rata sekitar 25-30 hektar.
Adapun satu hektar kebun biasanya ditanami sebanyak 800-900 pohon kopi. Sedangkan
untuk masa panen bisa 2-3 kali dalam setahun.
Kemudian
setelah kunjungan diselesaikan, kegiatan selanjutnya yaitu mengadakan focus group discussion,
dilaksanakan di ruang meeting
desa Labbo, Bantaeng. Fokus dalam diskusi tersebut adalah mensosialisasikan dan pendalaman Bungkesmas. Hadir dalam rapat tersebut antara lain;
Dinas Koperasi, perwakilan dari puskesmas dan ketua kelompok tani. Meskipun demikian
tidak mudah untuk memberikan pemahaman program Bungkesmas kepada masyarakat
petani, hal itu karena tidak adanya hubungan kelembagaan dengan koperasi, dan
tidak hanya itu petani juga trauma terhadap koperasi, sedangkan masyarakat
dapat termotivasi setelah melihat success story.
Dari
hasil turun lapangan (Assessment) dan diskusi yang dilakukan, diperoleh beberapa
kesimpulan anatara lain; Pertama, Bungkesmas bisa diimplementasikan bila ada lembaga keuangan/koperasi
yang beroperasi. Kedua, ada koperasi yang settle dan koperasi lama seperti KUD tidak ada
pengurusnya. Dari hasil diskusi yang diperoleh tersebut, diperoleh rekomendasi untuk membentuk koperasi baru/menghidupkan koperasi lama
dengan menunjuk H. Arifuddin sebagai ketua. (kh)