Rabu, 17 September 2014

Explorasi Pertanian Bantaeng Lewat Assessment (Turun Lapangan)

STF UIN Jakarta sebagai lembaga yang konsen dalam isu sosial kemanusiaan, selain focus dalam pengembangan dan pemberdayaan mahasiswa, STF juga ikut aktif memainkan peran penting dalam kancah sosial kemasyarakatan. Hal tersebut terbukti dengan banyaknya program maupun kegiatann yang dilakukan lembaga tersebut. Salah satu program tersebut adalah Bungkesmas (Tabungan kesehatan masyarakat). Produk Bungkesmas ini ini memadukan antara unsur tabungan dan asuransi. Asuransi yang dimaksudkan disini adalah auransi kesehatan dan asuransi pendidikan.
Meskipun masih terbilang program baru namun Bungkesmas telah berhasil menunjukan komitmennya untuk senantiasa mengedukasi, membantu dan melayani masyarakat Indonesias. Sampai saat ini ada 71 BMT/LKM maupun Koperasi yang tersebar diseluruh Indonesia, bekerjasama untuk menjalankan program Bungkesmas. Fokus program Bungkesmas ini adalah mengedukasi masyarakat Indonesia untuk hidup lebih tenang dan mandiri, yakni dengan mempersiapkan dana kesehatan dan pendidikan, baik untuk pribadi maupun keluarganya.
Seperti yang telah dilakukan sebelumnya, setiap kali akan menjalin kerjasama dengan pelaku BMT/LKM maupun koperasi sebagai mitra untuk menjalankan program Bungkesmas. Tim dari Bungkesmas melakukan turun lapangan (Assessment)  guna mengetahui sejauh mana relevansi dan prospek untuk pengembangan Bungkesmas diwilayah tersebut. Kali ini turun lapangan (Assessment) dilakukan di Kab Bantaeng Sulawesi Selatan. Bantaeng menjadi tempat tujuan turun lapangan (Assessment) karena terkenal dengn potensi pertaniannya. Hal inilah yang telah dilakukan Sri Hidayati dan Emi Ilmiah.
Sehari setelah tiba di makassar, kegiatan dilanjutkan dengan Rapat koordinasi dengan Yapensa, tepatnya pada tanggal 12 Juli 2014. Adapun poin-poin yang rapat tersebut antara laian adalah : Pertama, Pembinaan yang dilakukan oleh Yapenda baru dilakukan sekitar satu tahun. Adapun jenis pembinaanya anatara lain seperti; teknis pemupukan, metode panen dan pemasaran seperti mendatagkan eksportir. Kedua, Yapensa membawa koperasi Agrimitra  (koperasi produsen) ke petani kopi di Bantaeng untuk  membantu aspek pemasaran dan control harga kopi. Dan ketiga, melakuan pembinaan diversifikasi tanaman untuk menambah penghasilan petani (kopi dengan cengkeh)
Kemudian pada hari kedua yakni pada tanggal 13 Juli 2014, kegiatan dilanjutkan dengan kunjungan ke 4 ketua kelompok petani kopi Bawakaraeng. Dari hasil kunjungan tersebut kami memperoleh beberapa informasi yang antara lain; Pada umumnya petani tergabung dalam kelompok tani, satu kelompok tani kurang lebih terdiri dari 25 petani, sedangkan lahan perkebunan satu kelompok  rata-rata sekitar  25-30 hektar. Adapun satu hektar kebun biasanya ditanami sebanyak 800-900 pohon kopi. Sedangkan untuk masa panen bisa 2-3 kali dalam setahun.
Kemudian setelah kunjungan diselesaikan, kegiatan selanjutnya yaitu mengadakan focus group discussion, dilaksanakan di ruang meeting desa Labbo, Bantaeng. Fokus dalam diskusi tersebut adalah mensosialisasikan dan pendalaman Bungkesmas. Hadir dalam rapat tersebut antara lain; Dinas Koperasi, perwakilan dari puskesmas dan ketua kelompok tani. Meskipun demikian tidak mudah untuk memberikan pemahaman program Bungkesmas kepada masyarakat petani, hal itu karena tidak adanya hubungan kelembagaan dengan koperasi, dan tidak hanya itu petani juga trauma terhadap koperasi, sedangkan masyarakat dapat termotivasi setelah melihat success story.

Dari hasil turun lapangan (Assessment) dan diskusi yang dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan anatara lain; Pertama, Bungkesmas bisa diimplementasikan bila ada lembaga keuangan/koperasi yang beroperasi. Kedua, ada koperasi yang settle dan koperasi lama seperti KUD tidak ada pengurusnya. Dari hasil diskusi yang diperoleh tersebut, diperoleh  rekomendasi untuk membentuk koperasi baru/menghidupkan koperasi lama dengan menunjuk H. Arifuddin sebagai ketua. (kh)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar